Antara Jihad dan Terorisme
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Akhir-akhir
ini kian marak berita-berita di media yang mengupas tentang jihad dan terorisme. Ada yang melakukan tindakan teror
mengatas namakan jihad tapi sebaliknya ada juga yang jihad yang murni dipandang
sebelah mata sebagai tindakan terorisme. Pada kesempatan ini saya tergelitik
untuk ikut urun rembuk membahas tentang makna jihad dan terorisme
Jihad
artinya mengerahkan seluruh kemampuan untuk mendapatkan sesuatu yang dicintai
Allah dan menolak yang dibenci Allah. Jihad juga bisa diartikan sebagai sebuah
tindakan yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu yang Allah cintai
berupa iman dan amal sholeh dan menolak sesuatu yang dibenci Allah berupa
kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan
Sedangkan terorisme adalah praktek kekerasan atau intimidasi dengan tindak kekerasan yang
bermuatan politis untuk mempengaruhi wibawa negara dengan cara melemparkan
berbagai isue untuk maksud menggoyang perekonomian negara yang menyebabkan
terjadinya krisis dan ketidak stabilan dalam negeri dan puncak-puncaknya adalah
terjadinya chaos dan status quo.
Pelaku
jihad
disebut mujahidin dan mujahidah mereka adalah orng-orang yang
mendedikasikan jiwa raganya untuk kepentingan agama, ikhlas tanpa pamrih
hanya
mengharap ridhonya Allah, sedang pelaku teroris adalah para geng-geng
pencuri yang tidak lebih baik dari koruptor, system kerjanya selalu
menakut-nakuti, membuat keonaran dan tekanan dari sebuah organisasi
politik terhadap lawan politiknya
yang
orientasinya untuk kepentingan sendiri dan golongan yang bermuara pada
kriminalitas dan kerusakan dunia.
Sebagai
seorang muslim rasanya sangat tidak sepakat bahkan menolak dengan keras
jika Jihad diidentikkan dengan terorisme.
Karena sangat jelas garis pemisah antar keduanya, bagaikan kutup utara dan
kutub selatan, bagaikan warna hitam dan putih dan bagaikan siang dan malam jika
diumpamakan.
Maka
sangat disayangkan jika diantara orang-orang yang mencampur adukkan antara
makna jihad dan terorisme justru datangnya dari kaum muslim sendiri, sungguh
ironis. Padahal sesungguhnya ajaran Islam sangat jauh dari sifat kekerasan,
Islam lebih mengutamakan musyawarah untuk mencari mufakat daripada melakukan tindakan kekerasan apalagi
kriminalitas.
Islam Agama Yang Haq |
Islam
dibangun dari nilai-nilai keikhlasan, tawadhu, kesabaran dan kedamaian.
Islampun menghargai sebuah perbedaan bukan perdebatan, Islam menganjurkan
mempererat persaudaraan bukan permusuhan. Karena Islam adalah rahmatan lil
alamin yaitu rahmat untuk semesta alam. Maka jika ada yang menganggap jihad identik dengan
terorisme, maka bisa dipastikan bahwa dialah sesungguhnya yang nyata-nyata
seorang teroris itu.
Mari kita perhatikan betapa Al-Quran
telah menempatkan jihad sebagai sikap yang mulia dan ditempatkan pada urutan yang paling utama diantara ibadah-ibadah
yang lain. Al-Quran menyatakan dengan sangat jelas, agar kaum Muslim mencintai
Allah dan RasulNya, serta jihad di jalan Allah diatas cintanya kepada yang
lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (terjemahan QS. At Taubah : 24)
Dalam
riwayat lain dinyatakan, bahwa kaum Mukmin yang tidak berangkat jihad,
meskipun ia berusaha dengan sungguh-sungguh melaksanakan amal kebaikan dan
taqwa, dirinya tidak mampu menyamai orang yang pergi ke medan jihad. Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah ra, bahwasanya para sahabat pernah
bertanya kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam
“Ya Rasulullah! Amal apakah yang boleh menyamai jihad fi sabilillah? Rasulullah bersabda, “Kalian semua tentu tidak akan sanggup mengerjakannya.” Para sahabat pun mengulangi pertanyaannya dua atau hingga tiga kali, namun setiap kali diajukan pertanyaan itu, Rasulullah menjawab, “Kalian tidak akan mampu mengerjakannya.” Selanjutnya, pada pertanyaan yang ketiga, baginda Rasulullah bersabda, “Perumpamaan seorang mujahid di jalan Allah seperti halnya sa’im (orang yang berpuasa) yang selalu mentaati ayat-ayat Allah, dan ia tidak berhenti dari solat dan puasanya, hingga mujahid di jalan Allah itu pulang kembali.” (HR Bukhari dan Muslim)
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
0 komentar:
Posting Komentar